Sabtu, 07 Januari 2012

ASKEP Open Pneumotoraks

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam bila tidak mengenai jantung biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat.
Akibatnya selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk kedalam rongga paru-paru oleh karena itu paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan ketika bernafas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991)

1.2  TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum :
Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit OPEN PNEUMOTORAKS pada pasien dengan gawat darurat
Tujuan khusus :
a.       Untuk mengetahui proses timbulnya penyakit OPEN PNEUMOTORAKS
b.      Untuk mengetahui cara penanganan secara darurat pada pasien dengan OPEN PNEUMOTORAKS
c.       Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara segera pada pasien OPEN PNEUMOTORAKS




1.3  METODE PENULISAN

SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan makalah asuhan keperawatan terhadap penyakit hipertensi pada lansia ini penulis menggunakan metode:
1.Studi pustaka
Mempelajari literature-literatur yang brkaitan dengan trauma dada dari buku- buku.
2. Internet
Mengumpulkan data-data terbaru tentang trauma dada dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan.

Penulisan makalah ini disusun secara sistematis dalam 4 bab, yaitu:
Bab 1 : Pendahuluan yang berisi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan teoritis yang terdiri dari; pengertian, etiologi, patofisiologi manifestasi klinik, penatalaksanaan medic dan pemeriksaan diagnostik.  Asuhan keperawatan yang terdiri dari; pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, discharge pleaning dan evaluasi
Bab 3: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      KONSEP DASAR MEDIK

1.       PENGERTIAN
OPEN PNEUMOTORAKS
A.      Adalah pneumotoraks yang terjadi akibat terdapatnya hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari luar. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan gerakan pernapasan, pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif.
B.      Open pneumotoraks adalah adanya trauma tembus pada dinding dada dimana udara yang masuk diruang pleura lebih banyak berasal dari paru-paru yang rusak dari pada defek dinding dada. Jika dinding dada cukup lebar udara dapat masuk dan keluar dari ruang pleura pada setiap pernafasan sehingga mnyebabkan paru didalamnya kolaps.

2.       ANATOMI FISIOLOGI
a.       Anatomi
Dinding thorax
Dinding thorax terdiri atas kulit, fascia, saraf, otot, dan tulang. Kerangka dinding thorax membentuk sangkar dada osteokartilaginous yang melindungi jantung, paru-paru, dan beberapa organ rongga abdomen. Kerangka thorax terdiri dari vertebra thoracica dan discus entervertebralis, kostae dan cartilago costalis, serta sternum. Beberapa otot pernapasan yang melekat pada dinding dada antara lain:
o   Otot-otot respirasi : M. intercostalis externus, M. levator costae, M. serratus posterior superior dan M. scalenus
o   Otot ekspirasi : M. intercostalis internus, M. transversus thoracis, M. serratus posterior inferior, M. subcostalis.
Traktus respiratorius
Traktus respiratorius dibedakan menjadi dua yaitu traktus respiratorius bagian atas dan bagian bawah. Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari cavum nasi, nasofaring, hingga orofaring. Sementara itu, traktus respiratorius bagian bawah terdiri atas laring, trachea, broncus (primaries, sekundus dan tertius), bronchiolus, bronchiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. Paru- paru kanan terdiri atas tiga lobus (anterior, superior, inferior) sementara paru-paru kiri terdiri atas du lobus (superor dan inverior). Masing-masing paru diliputi oleh kantung pleura yang terdiri dari dua selaput serosa yang  disebut pleura, yaitu pleura parietalis dan visceralis. Pleura visceralis meliputi paru-paru termasuk permukaannya dalam visuran sementara pleura parietalis melekat pada dinding thorax, mediastinum dan diafragma. Kavum pleura merupakan ruang potensial antara kedua lapis pleura dan berisi sedikit cairan pleura yang berfungsi melumasi permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan tersebut pada saat pernapasan.
b.      Fisiologi
Proses inspirasi terjadi bila tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat dua factor yaitu factor thoraca dan abdominal. Faktor thoraca (gerakan otot-otot pernapasan pada dinding dada) akan memperbesar rongga dada kearah tranversal dan anterior superior sedangkan factor abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar ventrikel rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negative pada cavum pleura paru-paru menjaidi terhisap sehingga mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner menurun. Oleh karena itu udara yang kaya O2 akan bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus O2 akan berdifusi masuk ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus. Sebaliknya proses ekspirasi terjadi bbila tekanan intra pulmonal lebih besar dari tekanan atmosfir . kerja otot-otot respirasi dan relaksasi diaphragm akan mengakibatkan rongga dada kemballi keukuran semula sehingga tekanan pada cavum pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya tekanan intra pulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari paru-paru ke atmosfir.


3.       ETIOLOGI
Open pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus dada. Berdasarkan kecepatannya, trauma tembus dada dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kecepatannya, yaitu :
- Luka tusuk
Umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata (benda yang menusuk atau mengenai dada) menghancurkan area kecil di sekitar luka. Kebanyakan luka tusuk disebabkan oleh tusukan pisau. Namun, selain itu pada kasus kecelakaan yang mengakibatkan perlukaan dada, dapat juga terjadi ujung iga yang patah (fraktur iga) mengarah ke dalam sehingga merobek pleura parientalis  dan viseralis sehingga dapat mengakibatkan open pneumotoraks.
- Luka tembak
Luka tembak pada dada dapat dikelompokkan sebagai kecepatan rendah, sedang, atau tinggi. Faktor yang menentukan kecepatan dan mengakibatkan keluasan kerusakan termasuk jarak darimana senjata ditembakkan, kaliber senjata, dan konstruksi serta ukuran peluru. Peluru yang mengenai dada dapat menembus dada sehingga memungkinkan udara mengalir bebas keluar dan masuk rongga toraks.

4.       PATOFISIOLOGI
Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Tekanan negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastic recoil) dan dinding dada yang cenderung
mengembang. Bilamana terjadi hubungan antara alveol atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveol
ke rongga pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup. Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara luar dengan rongga pleura melalui dinding dada, udara akan masuk ke rongga pleura sampai  perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup.
Perubahan patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari :
1. Kegagalan ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar.
3. Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik.
Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia.

4   MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi).
5         PENATALAKSANAAN MEDIK
Pneumotoraks terbuka membutuhkan intervensi kedaruratan. Menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dada merupakan tindakan menyelamatkan jiwa. Pada situasi darurat tersebut, apa saja dapat digunakan untuk mentup luka dada misalnya handuk, sapu tangan, atau punggung tangan. Jika sadar, pasien diinstruksikan untuk menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu mengembangkan kembali paru dan mengeluarkan udara dari toraks. Di rumah sakit, lubang ditutup dengan kassa yang dibasahi dengan petrolium. Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan lilitan melingkar. Biasanya, selang dada yang dihubungkan dengan drainase water-seal (WSD) dipasang untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. Anti biotik biasanya diresepkan untuk melawan infeksi akibat kontaminasi.




6         PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·         Ro. Thoraks
Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura; dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
·         Gas Darah Arteri (GDA)
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi atau gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang meningkat. PaCO2 mungkin normal atau menurun ;saturasi O2 bisa menurun.
·         Torasentesis
Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa.
·         Hb
Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.


B.     ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Asuhan Keperawatan pada kasus Gawat Darurat dengan pasien yang mengalami OPEN PNEUMOTORAKS, berbeda dengan pemberian ASKEP pada Konsep Medikal Bedah.
Dalam mengkaji pasien Gawat Darurat dengan kasus OPEN PNEUMOTORAKS, harus dilakukan dengan sistematis mulai dari:
·         A: Airway (jalur nafas):
Pada airway yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan jalan nafas, memperhatikan apakah ada obstruksi pada jalan nafas( benda asing,secret,darah). Pada kasus open pneumotoraks terdapat masalah pada jalan napasnya  yang disebabkan oleh penumpukan darah dan udara.
Diagnose :
            Bersihan jalan napas tidak efektif  b/d penumpukan darah dan udara.
Intervensi :
a.       Kaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang dan memanggil namanya.
R/ mengetahui tingkat kesadaran pasien, apakah masih dalam tahap unrespon, pain, voice, dan alert.
b.      Lakukan panggilan untuk pertolongan darurat
       R/ bantuan segera dapat membantu mempercepat pertolongan.
c.        Beri posisi terlentang pada permukaan rata yang tidak keras, kedua lengan pasien disamping tubuhnya.
R/ mengantisipasi trauma servikal, posisi yang tepat dan lingkungan yang nyaman dapat penolong dan korban dalam melakukan tindakan.
d.      Berikan posisi nyaman pada klien seperti semifowler/fowler
R/meningkatkan inspirasi maksimal,meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
e.       Buka jalan nafas dengan mengunakan tekhnik gabungan head tilt-chin lift atau dengan tekhnik jaw thrust apabila klien dicurigai mengalami trauma cervical.
R/membuka jalan nafas dengan mengangkat epiglottis.
f.       Beri O2 atau pasang ventilator
R/alat dalam menurunkan kerja napas, meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.
R/mengurangi tekanan intrapleura
g.      Berikan obat jenis analgetik
R/mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri
h.      Lakukan pemasangan WSD
R/untuk mengeluarkan darah yang menumpuk pada rongga pleura.
Evaluasi :
1.      Kebutuhan oksigen pasien adekuat
2.      Jalan nafas pasien kembali efektif

·          B:Breathing (pernapasan)
Pada auskultasi suara napas menghilang yang mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura.perkusi dinding dada hipersonor,semakin lama tekanan udara didalam rongga pleura didalam rongga pleura akan meningkat dan melebihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga dapat terjadi sesak nafas tiba-tiba,nafas pendek bahkan sering menimbulkan gagal nafas.
Diagonose
Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kemampuan oksigenase karena akumulasi udara.
Intervensi:
a.       Kaji pernapasan klien dengan mendekatkan telinga di atas hidung atu mulut sambil mempertahankan pembukaan jalan nafas
R/mengetahui ada tidaknya pernapasan.
b.      Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya dada pasien.
R/mengetahui apakah masih terjadi pengembangan paru.
c.       Auskultasi yang keluar waktu ekspirasi,merasakan adanya aliran udara.
R/mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak.
d.      Berikan posisi nyaman pada klien seperti semifowler/fowler.
R/Meningkatkan ekspansi paru.
e.       Observasi kembali naik turunnya dada,mendengar dan merasakan udara yang keluar pada ekshalasi.
R/mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilakukan
f.       Berikan O2 atau pasang ventilator
R/memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
Evaluasi
1.      Pola napas pasien menjadi 16-24 x/ menit
2.      Tampak pergerakan dada pasien simetris pada saat bernapas

·         C:Circulation (sirkulasi)
Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan tergesernya organ mediastinum secara massif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. Pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera ini dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kava superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac output.
Diagnosa :
Resiko gangguan perfusi jaringan cerebral b/d penurunan aliran balik vena,penurunan curah jantung.
Intervensi :
a.       Tentukan ada tidaknya denyut nadi .
R/perabaan dilakukan untuk mengetahui apakah jantung masih berkontrasi atau tidak.
b.      Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang hal-hal yang terjadi dan peralatan yang diutuhkan.
R/informasi yang diperoleh akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya sehingga pertolongannya akan lebih mudah
c.       Kolaborasi dalam pemasangan dan pemberian cairan infuse
R/memenuhi kebutuhan cairan dan elektorlit. Pantau pemberian cairan yang dilakukan, jangan sampai terjadi udem


Evaluasi
1.      Tekanan darah kembali pada nilai 120/80
2.      Tampak tidak adanya sianosis

·         D:Disability (kesadaran)
Pada pasien open pneumotoraks memang mungkin akan mengalami penurunan kesadaran tapi GCS nya sekitar 12-14
·         E:Exposure
Adanya luka tembus menyebabkan luka terbuka dan bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang selanjutnya disebut “ sucking” chest wound (luka dada menghisap).
Resiko terjadinya infeksi b/d adanya luka tusuk
Intervensi:
a.      Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly.
R/ memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan dan bagian yang terbuka sebagai katup dimana udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.
b.      Pemberian antobiotik
R/mengurangi terjadi proses infeksi
c.       Pertahankan kebersihan daerah sekitar luka
R/mencegah terjadinya iritasi
Evaluasi
1.      Tidak terjadinya infeksi pada daerah sekitar luka
2.      Paru-paru dapat berkembang dengan baik

 
BAB III
PENUTUP

1.       KESIMPULAN

OPEN PNEUMOTORAKS merupakan pneumotoraks yang ter jadi akibat  terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari luar. Tekanan intra pleura sama dengan  tekanan barometer atau sama dengan  udara luar sedangkan  tekanan intra pleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan gerakan pernapasan, pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif. . Untuk dapat memberikan terapi  yang tepat pada penderita  OPEN PNEUMOTORAKS pemahaman mengenai patofisiologinya adalah sangat penting.

2.      SARAN
Untuk menangani kasus gawat darurat dengan masalah OPEN PNEUMOTORAKS
Hal yang perlu dilakukan adalah :
a.       Tekankan tindakan pertolongan untuk mengatasi masalah pernapasan yang dialami.
b.      Kita perlu memperhatikan linkungan sekitar demi keamanan dan kenyaman penolong dan korban.
c.       Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan serebral yang mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-6 menit maka akan menyebabkan kematian biologis.
d.      Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan belum mencapai hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan berikan tindakan untuk membantu menyelamatkan nyawa korban.
e.       Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Kristanty, Paula, dkk.2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:TIM
http///G.Keperawatan Gadar Trauma Dada.akses tanggal 28 maret 2010.
Nirwan Arief , Wibowo Suryatenggara: Pneumotoraks. Dlam Symposium Penatalaksanna Gawat  Paru Masa Kini. Achmad Husain AS, Dkk. Yogykarta,1984.
Eddy Yapri, Thomas Kardjito, Mohammad Amin. Pneumotorax: Symposium Ilmu Kedokteran Darurat. Surabaya 1998.
Hood Alsegaf, Isnu Pradjoko, Pneumotoraks, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Fk Unair Surabaya, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar